Sabtu, 28 Maret 2015

ILMU BUDAYA DASAR


2. MANUSIA DAN KEBUDAYAAN


A.    MANUSIA

Manusia di alam dunia ini memegang peranan yang unik dan dapat di pandang bayak segi. Dalam ilmu eksakta, manusia dipandang sebagai kumpulan dari partikel-partikel atom yang membentuk jaringan-jaringan sistem yang dimiliki oleh manusia (ilmu kimia), manusia merupakan sekumpulan dari berbagai sistem fisik yang saling terkait satu sama lain dan merupakan kumpulan energi(ilmu fisika), manusia merupakan makhluk biologis yang tergolong dalam golongan makhluk mamalia (biologi).


B.     HAKEKAT MANUSIA

      a. makhluk ciptaan Tuhan yang terdiri dari tubuh dan jiwa sebagai satu kesatuan     yang utuh.

tubuh adalah materi yang dapat dilihat, diraba dan dirasa wujudnya konkrit tetapi tidak abadi. Jika manusia itu meninggal, tubuhnya hancur dan lenyap. Jiwa terdapat didalam tubuh, tidak dapat dilihat, tidak dapat diraba, sifatnya abstrak tetapi abadi.

      b. makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, jika di bandingkan dengan makhluk lainnya.

Kesempurnaannya terletak pada adab dan budayanya, karena manusia dilengkapi oleh penciptanya dengan akal, perasaan dan kehendak yang terdapat didalam jiwa manusia. Dengan akal (ratio) manusia mampu menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi. Daya rasa (perasaan) dalam diri manusia itu ada dua macam, yaitu perasaan inderawi dan perasaan rohani. Perasaan inderawi adalah jasmani melalui pancaindra, tingkatnya rendah dan terdapat pada manusia atau binatang. Perasaan rohani adalah perasaan luhur yang hanya terdapat pada manusia misalnya:
  1. perasaan intelektual
  2. perasaan estetis
  3. perasaan etis
  4. perasaan diri
  5. perasaan sosial
  6. perasaan religius

      c. makhluk biokultural, yaitu makhluk hayati yang budayawi.

Manusia adalah produk dari saling tindak atau interaksi faktor-faktor hayati dan budayawi. Sebagai makhluk hayati, manusia dapat dipelajari dari segi-segi anatomi, fisiologi atau faal, biokimia, psikobiologi, patologi, genetika, biodemografi, evolusi biologisnya dan sebagainya.

      d. makhluk ciptaan Tuhan yang terkait dengan lingkungan (ekologi), mempunyai kualitas dan martabat karena kemampuan bekerja dan berkarya.

Soren Kienkegaard seorang filsuf Denmark pelopor ajaran “eksistensialisme” memandang manusia dalam konteks kehidupan konkrit adalah makhluk alamiah yang terikat dengan lingkungannya (ekologi), memiliki sifat-sifat alamiah dan tunduk pada hukum alamiah pula. Hidup manusia mempunyai 3 taraf, yaitu estetis, etis dan religius. Dengan kehidupan estetis, manusia mampu menangkap dunia sekitarnya sebagaidunia yang mengagumkan dan mengungkapkan kembali (karya) dalam lukisan, tarian, nyanyian yang indah.


 
  1. HAKEKAT MANUSIA
      a. makhluk ciptaan Tuhan yang terdiri dari tubuh dan jiwa sebagai satu kesatuan     yang utuh.

      b. makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, jika di bandingkan dengan makhluk lainnya.

c. makhluk biokultural, yaitu makhluk hayati yang budayawi.
     
      d. makhluk ciptaan Tuhan yang terkait dengan lingkungan (ekologi), mempunyai kualitas dan martabat karena kemampuan bekerja dan berkarya.

C. KEPRIBADIAN BANGSA TIMUR
Francis L.K Hsu, sarjana Amerika keturunan Cina yang mengkombinasikan dalam dirinya keahlian di dalam ilmu antropologi, ilmu psikologi, ilmu filsafat dan kesusastraan cina klasik. Karya tulisnya berjudul Pyschological Homeostatis Cina Klasik. Ilmu psikologi yang memang berasal dan timbul dalam masyarakat Barat, dimana konsep individu itu mengambil tempat yang amat penting, biasanya menganalisis jiwa manusia dengan terlampau banyak menekan pembatasan konsep individu sebagai kesatuan analisis tersendiri.

 D. PENGERTIAN KEBUDAYAAN
Apabila kita berbicara tentang kebudayaan, maka kita langsung berhadapan dengan pengertian istilahnya. Pengertian kebudayaan menyangkut macam-macam definisi yang telah dipikirkan oleh sarjana-sarjana bidang sosial budaya diseluruh dunia.
Dua orang antropolog terkemuka yaitu Melville J. Herkovits dan Bronisiaw Malinowski mengemukakan bahwa Cultural Determinism berarti segala sesuatu yang terdapat di dalam masyarakat ditentukan adanya oleh kebudayaan yang dimiliki masyarakat itu.
Kebudayaan jika dikaji dari asal kata bahasa sansekerta berasal dari kata budhayah yang berarti budi dan akal. Dalam bahasa latin, kebudayaan berasal dari kata colere, yang berarti mengolah tanah, jadi kebudayaan secara umum dapat diartikan sebagai “segala sesuatu yang dihasilkan oleh akal budi (pikiran) manusia dengan tujuan untuk mengolah tanah atau tempat tinggalnya atau dapat pula diartikan segala usaha manusia untuk dapat melangsungkan dan mempertahankan hidupnya di dalam lingkungannya.”

E.UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN
Kebudayaan setiap bangsa atau masyarakat terdiri dari unsur-unsur besar maupun unsur-unsur kecil yang merupakan bagian dari suatu kebulatan yang bersifat sebagai kesatuan. Misalnya dalam kebudayaan Indonesia dapat dijumpai unsur besar seperti umpamanya Majelis Permusyawaratan Rakyat disamping unsur-unsur kecil seperti sisir, kancing, baju, peniti dan lain-lainnya yang dijual di pinggir jalan.
C.Kluckhon di dalam karyanya berjudul Universal Categories of Cultures mengemukakan bahwa ada 7 unsur kebudayaan universal, yaitu:
1. Sistem Religi (Sistem Kepercayaan)
2. Sistem Organisasi Kemsyarakatan
3. Sistem Pengetahuan
4. Sistem Mata Pencaharian Hidup Dan Sistem-Sistem Ekonomi
5. Sistem Teknologi Dan Peralatan
6. Bahasa
7. Kesenian

F. WUJUD KEBUDAYAAN
Menurut dimensi wujudnya, kebudayaan mempunyai 3 wujud yaitu:
I. kompleks gagasan, konsep dan pikiran manusia
            Wujud ini disebut sistem budaya, sifatnya abstrak, tidak dapat dilihat, dan berpusat pada kepala-kepala manusia yang menganutnya atau dengan perkataan lain, dalam alam pikiran warga masyarakat dimana kebudayaan bersangkutan hidup.

II. kompleks aktivitas
            Berupa aktivitas manusia yang saling berinteraksi, bersifat kongkret, dapat diamati atau diobservasi. Wujud ini sering disebut sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi, berhubungan, serta bergaul satu dengan yang lain dari detik ke detik, dari hari ke hari dan dari tahun ke tahun, selalu menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan.

III. wujud sebagai benda
            Aktivitas manusia yang sering berinteraksitidak lepas dari berbagai penggunaan peralatan sebagai hasil karya manusia untuk mencapai tujuannya. Aktivitas karya manusia tersebut menghasilkan benda untuk berbagai keperluan hidupnya.

G. ORIENTASI NILAI BUDAYA

            Kebudayaan sebagai karya manusia memiliki sistem nilai. Menurut C.Kluckhon dalam karyanya Variations in Value Orientation (1961) sistem nilai budaya dalam semua kebudayaan di dunia, secara universal menyangkut lima masalah pokok kehidupan manusia, yaitu:
  1. hakekat hidup manusia (MH)
ii.   hakekat karya manusia (MK)
iii. hakekat waktu manusia (WM)
iv. hakekat alam manusia (MA)
  1. hakekat hubungan manusia (MN) 
H. PERUBAHAN KEBUDAYAAN
                                  
Tidak ada kebudayaan yang statis, semua kebudayaan mempunyai dinamika dan gerak. Gerak kebudayaan sebenarnya adalah gerak manusia yang hidup dalam masyarakat yang menjadi wadah kebudayaan tadi.
Terjadinya gerak/perubahan ini disebabkan oleh beberapa hal:
                                                                                           
a. sebab-sebab yang berasal dari dalam masyarakat dan kebudyaan sendiri, misalnya perubahan jumlah dan komposisi penduduk.
b. Sebab-sebab perubahan lingkungan alam dan fisik tempat mereka hidup. Masyarakat yang hidupnya terbuka, yang berada dalam jalur-jalur hubungan dengan masyarakat dan kebudayaan lain, cenderung untuk berubah lebih cepat.


I. KAITAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN

Dalam sosiologi manusia dan kebudayaan dinilai sebagai dwitunggal, maksudnya bahwa walaupun keduanya berbeda tetapi keduanya merupakan satu kesatuan. Manusia menciptakan kebudayaan dan setelah kebudayaan itu tercipta maka lebudayaan mengatur hidup manusia agar sesuai dengannya. Tampak bahwa keduanya akhirnya merupakan satu kesatuan.

Manusia dan kebudayaan atau manusia dan masyarakat, oleh karena itu mempunyai hubungan keterkaitan yang erat satu sama lain. Pada kondisi sekarang ini kita tidak dapat lagi membedakan mana yang lebih awal muncul manusia atau kebudayaan. Analisa terhadap keberanian keduanya harus menyertakan pembatasan masalah dan waktu agar penganalisaan dapat dilakukan dengan lebih cermat.


3. KONSEPSI ILMU BUDAYA DASAR DALAM KESUSASTRAAN


A. PENDEKATAN KESUSASTRAAN

      IBD, yang semula dinamakan Basic Humanities, berasal dari bahasa Inggris the humanities. Istilah ini berasal dari bahasa lain Humanus, yang berarti manusiawi, berbudaya, dan halus. Dengan mempelajari the humanities orang akan menjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus. Jadi the humanities orang akan menjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus. Jadi the humanities berkaitan dengan masalah nilai, yaitu nilai kita sebagai homo humanus. Hampir disetiap zaman, seni termasuk sastra memegang peranan yang penting dalam the humanities. Ini terjadi karena seni merupakan ekspresi nilai-nilai kemanusiaan dan bukannya formulasi nilai-nilai kemanusiaan seperti yang terdapat dalam filsafat atau agama. Karena seni adalah ekspresi yang sifatnya tidak normative, seni lebih mudah berkomunikasi. Karena tidak normative, nilai-nilai yang disampaikannya lebih fleksibel, baik isinya maupun cara penyampaiannya.
      Dalam usahanya untuk mengatur hubungan antara sesamanya yang kemudian melahirkan ilmu-ilmu social, manusia mempergunakan bahasa. Dengan demikian, manusia dan bahasa pada hakekatnya adalah satu. Kenyataan inilah mempermudah sastra untuk berkomunikasi. Sastra juga lebih mudah berkomunikasi, karena karya sastra adalah penjabaran abstraksi. Sementara itu filsafat, yamg juga mempergunakan bahasa adalah abstraksi. Cinta kasih, kebahagiaan, kebebasan dan lainnya yang digarap oleh filsafat adalah abstrak. Sifat abstrak inilah yang menyebabkan filsafat kurang berkomunikasi.


B. ILMU BUDAYA DASAR YANG DIHUBUNGKAN DENGAN PROSA

      Istilah prosa banyak padanannya. Kadang-kadang disebut narrative fiction, prose fiction atau hanya fiction saja. Dalam bahasa Indonesia istilah tadi sering di terjemahnkan menjadi cerita rekaan dan didefinisikan sebagai bentuk cerita atau prosa kisahan yang mempunyai pemeran, lakuan, peristiwa dan alur yang dihasilkan oleh daya khayal atau imajinasi.
      Dalam kesusastraan Indonesia kita mengenal jenis prosa lama dan prosa baru.

  1. Prosa lama meliputi:
1.      dongeng-dongeng
2.      hikayat
3.      sejarah
4.      epos
5.      cerita pelipur lara

  1. Prosa baru meliputi
1.      cerita pendek
2.      roman/novel
3.      biografi
4.      kisah
5.      otobiografi



C. NILAI-NILAI DALAM PROSA FIKSI

      Sebagai seni yang bertulang punggung cerita, mau tidak mau karya sastra (prosa fiksi) langsung atau tidak langsung membawakan moral, pesan atau cerita. Dengan perkataan lain prosa mempunyai nilai-nilai yang diperoleh pembaca lewat sastra. Adapun nilai-nilai yang diperoleh pembaca lewat sastra antara lain:
1.      prosa fiksi memberikan kesenangan
2.      prosa fiksi memberikan informasi
3.      prosa fiksi memberikan warisan kultural
4.      prosa memberikan keseimbangan wawasan


D. ILMU BUDAYA DASAR YANG DIHUBUNGKAN DENGAN PUISI

      Pembahasan puisi dalam rangka pengajaran ilmu Budaya Dasar tidak akan diarahkan pada tradisi pendidikan dan pengajaran sastra dan apresiasinya yang murni. Puisi dipakai sebagai media sekaligus sebagai sumber belajar sesuai dengan tema-tema atau pokok bahasan yang terdapat di dalam Ilmu Budaya Dasar.

Kepuitisan, keartistikan atau keestetikaan bahasa puisi disebabkan oleh kreativitas penyair dalam membangun puisinya dengan menggunakan:
1.       figura bahasa (figurative language) seperti gaya personifikasi, metafora, perbandingan, alegori, dsb. Sehingga puisi menjadi segar, hidup, menarik dan memberi kejelasan gambaran angan.
2.       kata-kata yang ambiquitas yaitu kata-kata yang bermakna ganda, banyak tafsir.
3.       kata-kta berjiwa yaitu kata-kata yang sudah diberi suasana tertentu, berisi perasaan dan pengalaman jiwa penyair sehingga terasa hidup dan memukau.
4.       kata-kata yang konotatif yaitu kata-kata yang sudah diberi tambahan nilai-nilai rasa dan asosiasi-asosiasi tertentu.
5.       pengulangan, yang berfungsi untuk mengintensifkan hal-hal yang dilukiskan, sehingga lebih menggugah hati.

STUDY KASUS 

Sastra sangat terkait erat dalam kehidupan manusia. Ia menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam perjalanan budaya dan peradaban karya cipta manusia itu sendiri. Sastra seperti pisau tajam, bahkan jauh lebih tajam, yang mampu merobek-robek dada dan menembus ulu hati, bahkan jiwa dan pemikiran. Pisau tajam ini juga mampu menjadi alat paling efektif untuk membuat ukiran patung karya kehidupan yang paling indah. Sastra juga bisa lebih halus daripada sutra yang paling halus hingga mampu menelusup ke dalam relung jiwa hingga tunduk dan pasrah pada kekuatannya.
Sastra dan manusia serta kehidupannya adalah sebuah persoalan yang penting dan menarik untuk dibahas secara komprehensif. Sastra berisi manusia dan kehidupannya. Manusia dan kehidupannya mempunyai hubungan yang rapat dengan kehidupan sastra. Manusia menghidupi sastra dan kehidupan sastra adalah kehidupan manusia.

Lantas bagaimana dengan pendidikan sastra di negara kita? Sayangnya, sastra di negara kita belum maksimal benar masuk ke ranah pendidikan. Terutama sastra untuk pendidikan pelajar tingkat sekolah dasar hingga menengah atas. Pendidikan sastra masih seperti untaian berlian yang belum terasah. Berlian yang masih dianggap terlalu mahal, kalau tidak boleh disebut terpinggirkan, untuk dinikmati keindahannya. Berlian itu terus tersimpan di etalase toko perhiasan yang hanya bisa dilihat tanpa boleh menyentuhnya. Bahkan mungkin masih tersimpan di dasar lautan yang hanya bisa ditemukan oleh orang-orang yang mau berjuang menyelami samudera.
Sastra di negara kita masih seperti dianaktirikan oleh dunia pendidikan. Pendidikan sastra secara formal masih menjadi salah satu materi yang diajarkan di dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Pendidikan sastra seolah hanya menjadi pelengkap dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Sastra dianggap sebagai hafalan belaka. Siswa mengenal novel-novel sastra seperti Sengsara Membawa Nikmat karya Sutan Sati atau Tenggelamnya Vanderwijk karya Buya Hamka, dan sebagainya karena mereka terpaksa atau bisa jadi dipaksa menghafal. Sebatas tahu judul buku dan penulisnya, serta membaca sebagian kutipan yang ada di salah satu halaman buku pelajaran Bahasa Indonesia untuk sekedar berjaga-jaga kalau keluar dalam soal ujian.
SUMBER: http://jeffryzakaria.blogspot.com/2014/11/v-behaviorurldefaultvmlo_31.html